KLIK LINK VIDEO https://bit.ly/2r2RtDT
“Si brondong” ini memang sedikit berbeda dengan gigolo lainnya. Kalau gigolo bisa jalan dengan siapa saja, tapi “brondong” tidak bisa bebas, karena mereka telah terikat kesepakatan dengan “si empunya” atau biasa disebut “tante girang.”
Di Kota Banjar sendiri, memang untuk mencari komunitas “brondong” sangatlah susah, sebab komunitas mereka tertutup rapih dan sangat terorganisir. Sehingga, hampir semua orang tidak bisa menebaknya.
Desakan ekonomi kerap membuat sejumlah pria muda tersebut rela untuk melakukan apapun demi mendapatkan uang. Salah satunya menjadi simpanan “tante-tante.”
Pada Sabtu malam (29/10/2019), sekitar pukul 20.05 WIB, HR berhasil menemui salah seorang ‘brondong” di kawasan Rest Area Banjar Atas (BA). Sambil menikmati kopi panas di salah satu meja yang ada di lokasi tersebut, HR terlibat perbincangan santai seputar kehidupan anak muda yang berparas tampan itu.
SITUS POKER ONLINE 24 JAM - POKER ONLINE PULSA TELKOMSEL - POKER ONLINE PULSA XL - SITUS POKER ID PRO - SITUS POKER 24 JAM
Sebut saja Bruce (24), bukan nama sebenarnya. Dia mengaku menjalani kehidupannya seperti saat ini sejak duduk di bangku kelas 2 SMA. Selama ini dirinya tinggal di Banjar bersama neneknya, karena kedua orang tuanya sudah lama bercerai sejak Bruce masih duduk dibangku SMP.
Kondisi demikian membuat Bruce merasa tidak mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Untuk kebutuhan biaya kuliahnya, dia pun akhirnya menjadi “asuhan” seorang “tante” yang tinggal di Tasikmalaya. “Semula saya hanya iseng. Tapi lama-kelamaan malah jadi senang,” ujar pria yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Tasikmalaya. Saat ini dia sudah semester IV.
Ketika disinggung soal bayaran, sambil tertawa Bruce menjawab bahwa masalah itu tergantung kesepakatan dengan “si tantenya.” “Yang jelas kalau masalah bayaran itu urusan pribadi kang,” ujarnya.
Namun, Bruce tidak menampik bahwa dari hasil menjadi “asuhan” seorang “tante” kini dia telah memiliki apa yang diinginkan. Tetapi, Bruce mengaku menjalani kehidupannya seperti itu bukan semata-mata untuk bergaya hidup glamour, namun karena desakan kebutuhan ekonomi.
Selain pecinta “tante,” ada pula para remaja pria yang menjadi “brondong” penyuka sesama jenis (gay). Hal ini pun akan menjadi salah satu pemicu berkembangnya kaum gay di Kota Banjar.
Seperti diungkapkan Fay (20), bukan nama sebenarnya. Dia mengaku tidak terpikirkan sebelumnya kalau dirinya akan menjadi seperti ini. Namun karena pergaulannya yang bebas dan uang terus mengalir dari para “Si Om” berkantung tebal, akhirnya Fay menjadi ketagihan.
Tak jarang, untuk usia seukuran para brondong penyuka sesama jenis ini pun penampilannya terlihat lebih gagah dan keren. Walaupun sesekali sering terlihat sisi kelembutannya.
“Silakan orang mau bicara apa saja, masa bodo, yang penting saya tidak usil ke mereka, tidak merugikan mereka,” ujarnya, saat berbincang dengan HR.
0 Comments